Mulia karena ilmu




Saya, sebagai salah seorang manusia yang bernasab rendah, yaitu bukan keturunan raja, presiden, pejabat, artis maupun ulama. Dapat diartikan saya tidak memiliki darah biru dari orang-orang yang hebat, terkenal dan sukses. Namun, bukan berarti itu sebuah kendala atau penghalang untuk mewujudkan cita-cita yang tinggi.

Ada seorang Ulama mengatakan dalam bahasa jawa, "Senajan sampean anak e wong ngarit, nanging nek gelem ngaji utowo sinau, bakale yo pinter". Bahasa Indonesianya, "Meskipun kamu anaknya tukang pencari rumput, namun jika mau mengaji atau menuntut ilmu, nanti pasti juga bisa jadi orang pandai".

Kembali ke bagian nasab (darah biru)...
Banyak kita melihat orang yang berhasil dengan jalan yang mudah, karena dia keturunan orang yang sudah berhasil. Misalnya orangtuanya artis, anaknya jadi artis. Namun, bagi saya khususnya yang bukan anak orang seorang artis, akan susah untuk menjadi artis. Butuh perjuangan yang benar-benar dimulai dari nol.

Namun, saya tidak berkecil hati... karena banyak orang hebat yang bukan anak orang hebat... ada seorang direktur, bapaknya hanya tukang cukur... ada seorang dokter, ibuknya jualan daster... dan masih banyak lagi...

Kita harus ingat, putra seorang raja, ayahnya raja yang mulia dan terhormat, maka ia akan ikut terlihat mulia dan terhormat meskipun tidak mempunyai kehebatan yang dimiliki ayahnya. Mereka mulia karena keturunan atau nasabnya. Sedangkan kita akan menjadi mulia dan terhormat jika kita mempunyai ilmu yang mumpuni (pandai). Karena Allah akan meninggikan derajat orang yang berilmu. Kita akan mulia dan terangkat derajat kita karena ilmu. Para ulama mulia karena ilmu yang dimilikinya. Jika ilmu dicabut dari para pemiliknya, maka ia tidak akan menjadi apa-apa (manusia biasa).

- Khoirul Nuryahya -

Posting Komentar

0 Komentar